Rabu, 11 Mei 2011

Merajalelanya Ulat Bulu

Berkembang pesatnya ulat bulu yang dirasakan di sejumlah wilayah di Pulau Jawa sampai ke Bali bahkan Kalimantan Selatan menyisakan sebuah pertanyaan. "Sebenarnya apa yang terjadi sehingga mereka dapat berkembang dengan pesatnya hingga terkesan tidak terkontrol sehingga mengganggu aktivitas manusia sehari-hari?"

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian Kementerian Pertanian Haryono menyatakan, penyebab meningkatnya populasi ulat bulu di sejumlah daerah di Tanah Air sudah bisa disimpulkan.

Hasil penelitian Balitbang Pertanian terhadap sejumlah contoh spesies ulat bulu yang diperoleh dari berbagai lokasi menunjukkan adanya faktor penyebab yang sama, yakni perubahan ekosistem. Hal ini diperkuat oleh kajian peneliti dan akademisi bidang entomologi (serangga) dari lembaga terkait, seperti LIPI dan IPB. Para pakar serangga se-Indonesia yang dikumpulkan Balitbang Pertanian juga memberikan kesimpulan yang sama.

Perubahan ekosistem yang dimaksud, lanjut Haryono, telah menyebabkan hilangnya faktor keseimbangan alami untuk sementara waktu.

Fenomena meningkatnya populasi ulat bulu, faktor hayatinya (biotik) disebabkan berkurangnya pemangsa alaminya, seperti burung, kelelawar, dan semut rangrang, dan musuh alaminya, misalnya parasitoid. Sedangkan faktor nonhayatinya (abiotik) ialah perubahan iklim global, akibat adanya perubahan iklim maka terjadilah perubahan suhu dan kelembaban udara. Karena semua makhluk hidup punya kemampuan adaptasi terhadap perubahan alam yang terjadi.




Sehingga di dapat kesimpulan, bahwa perkembangan pesat ulat bulu di Indonesia dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor hayati : akibat berkurangnya mangsa dan musuh alami ulat bulu; dan faktor nonhayati : perubahan iklim yang mengakibatkan perubahan suhu dan kelembapan alam yang langsung mempengaruhi siklus hidup makhluk hidup terutama ulat bulu. Dibawah ini adalah salah satu video yang menunjukkan merajalelanya ulat bulu di Probolinggo.