Halo apa kabar?
Ceritanya lagi pengen berbagi pengalaman ngetrip aja hehe mungkin bisa bermanfaat atau terinspirasi dari kisah perjalanan saya. Sebagai trip penutup liburan semester kali ini saya dan sahabat-sahabat saya berencana untuk berkunjung ke salah satu bukit yang ada di daerah Waduk Riam Kanan di Kabupaten Banjar provinsi Kalimantan Selatan, namanya Bukit Batas.
|
|
Perjalanan dimulai dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah – Banjarbaru, Kalimantan Selatan yang ditempuh dalam waktu kurang lebih 5 jam, termasuk dengan berhenti makan dan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya tidak penting haha… 5 jam bukan waktu yang lama ketika kamu ada di suasana yang benar-benar kamu nikmati setiap detiknya.. Jam menunjukkan sekitar pukul 10 WIB atau pukul 11 WITA (ada perbedaan zona waktu) kami pun akhirnya tiba di kota Banjarbaru untuk menunggu seorang kenalan kami yang juga suka melakukan perjalanan-perjalanan serupa dan sesuai perjanjian kami akan singgah di sebuah taman di tengah kota Banjarbaru untuk menemui kenalan tersebut.
|
Sarang Lebah di Sudut Bangunan Taman |
Namanya Wanda, pria sebaya dengan kami dengan skutermatiknya akhirnya datang menghampiri kami yang belum lama menunggu dan menurut saya merupakan orang asing terbaik yang saya temui pertama kali di kota itu. Setelah mengungkap rencana pendakian mini kami akhirnya Wanda, guide dadakan kami menyarankan untuk menyewa sebuah tenda dan perlengkapan kemah lainnya di sebuah outlet yang saya liat memang menyediakan apapun yang kamu perlukan untuk memulai sebuah petualangan haha serius…. Ada senter, panci (lupa nama kerennya), kompor gas mini, jaket, buff, dan banyak lagi yang dapat saya pastikan semuanya berguna untuk kamu yang berjiwa petualang… Setelah berembuk beberapa waktu, kami yang dari awal ingin melakukan perjalanan dengan budget seminimal mungkin akhirnya memutuskan untuk menyewa sebuah tenda (dengan kapasitas 3-4 orang) dan peralatan memasak seperti kompor gas mini dan panci dengan harga masing-masing 50 ribu dan 20 ribu untuk disewa selama 24 jam…. Outlet tersebut berada disebuah gang kecil yang akhirnya saya sesali karena saya tidak melihat nama dari gang kecil itu, berada tidak jauh dari Bundaran kota Banjarbaru.
|
Deket Bundaran Ini Nih (Sumber : google) |
Gang kecil tersebut memiliki gapura berwarna hitam dan letak outlet dari jalan utama hanya sekitar +- 100 meter ah sudahlah mungkin lain waktu saya akan kesana lagi dan mengingat alamatnya….
Waktu menunjukkan pukul 15.00 WITA, selesai makan siang (yang sebenarnya sore) dan setelah menyiapkan makanan ringan dan pop mie untuk nanti malam kami pun memulai perjalanan kami dari Banjarbaru menuju Riam Kanan yang ditempuh sekitar 1 jam menggunakan mobil dan karena kami merasakan bahwa guide kami memiliki kesibukan lain maka ada perasaan sungkan untuk mengajaknya ikut dalam perjalanan kami sehingga akhirnya kami putuskan untuk meminta petunjuk jalan saja agar bisa mengantarkan kami ke lokasi yang kami tuju dan dengan modal nekat mobil kami yang diisi dengan 7 orang sok tahu dan sedikit angkuh melanjutkan perjalanannya sendiri dari Banjarbaru menuju Riam Kanan.
Bukit-bukit yang mengering akibat musim kemarau yang berjejer indah di kiri kanan kami semakin memacu semangat saya untuk memulai petualangan ini… Dengan menggunakan prinsip “malu bertanya sesat di jalan” akhirnya kami berhasil menemukan pelabuhan yang dimaksud untuk menyeberang ke bukit yang menjadi tujuan kami… Sebenarnya jalan yang dilalui tidak begitu sulit, anda hanya tinggal mengikuti jalan utama hingga akhirnya tiba di pelabuhan jadi tak usah khawatir akan tersesat..
Harga parkir mobil di pelabuhan tersebut cukup mahal yaitu 50 ribu per malam. Namun jika memarkir kendaraan anda sedikit lebih jauh akan dikenai harga sedikit lebih murah yaitu 30 ribu saja per malam, sehingga kami pun memilih parkir yang 30 ribu per malam dan menurut saya tidak banyak perbedaan sehingga saya sarankan ambil saja parkiran yang sedikit lebih jauh karena lokasi parkir juga memiliki jalan tikus yang jaraknya sangat dekat dengan pelabuhan (jadi parkir jauh juga sebenarnya ngga jauh jauh amat). Setelah memarkir mobil kami tanpa basa basi kami pun langsung menanyakan kelotok (sebutan perahu bermesin di Kalimantan) yang bisa menyebrangkan kami ke tempat yang kami maksud... Kami bertemu dengan bapak yang sekali lagi saya sesali karena melupakan nama beliau tapi dari asumsi saya bapak tersebut adalah koordinator kelotok yang ada di pelabuhan tersebut jadi anda tidak usah khawatir akan kehabisan transport untuk menyeberang. Ada sistem yang mengatur pengemudi kelotok untuk antri dan menyebrangkan penumpang dan untuk rute pelabuhan Riam Kanan – Pulau Bukit Batas dikenai biaya 400 ribu rupiah, no nego.
|
Pelabuhan Penyebrangan Waduk Riam Kanan |
|
Overexcited |
Akhirnya kami pun setuju dan memulai petualangan kami! Oh ya, provider yang disarankan digunakan di daerah ini adalah Telkomsel karena operator lain lumayan labil di daerah tersebut dan saya pastikan anda tidak mau terjebak kan di pulau itu hanya karena tidak bisa menghubungi pengemudi kelotok untuk menjemput anda, jadi jangan lupa menanyakan nomor telepon bapaknya ya! Perjalanan ditempuh selama 30 menit dan selama perjalanan anda tetap disuguhkan dengan pemandangan hamparan bukit bukit yang indah dan beberapa di antaranya terdapat hutan pinus di sekitar sungai tersebut dihiasi rumah rumah panggung warga yang seolah tumpang tindih karena berada di tanah yang tidak rata di wilayah perbukitan tertentu.
|
Tumpang Tindih |
|
KAMI SIAP! |
|
Tampang Excited Menyebrangi Waduk
|
Daaaan kami sampai di pulau Bukit Batas sekitar pukul 17.30 WITA, dermaga kecil di hutan pinus awalnya ingin menahan kami untuk singgah dan berfoto sebentar namun matahari yang sebentar lagi akan terbenam juga mengancam kami untuk tiba dipuncak sebelum gelap tiba. Sehingga kami memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan dan setelah melewati perkampungan kecil di kaki bukit tersebut dan membayar kontribusi sebanyak 5000 rupiah per orang di rumah ketua RT kami langsung melakukan pendakian.
Percakapan di rumah ketua RT :
Saya : Ibu, ini perjalanan nya kira-kira berapa lama ya untuk sampai puncak bukit?
Ibu RT : Kalau pendatang biasanya 1 jam atau paling lama 1,5 jam kalau jalannya santai.
Kami : *sedikit terpana
Ibu RT : Tapi kalau Pak RT sih setengah jam juga nyampe di atas, padahal jalannya juga santai.
Kami : *semakin terkagum. Terima kasih bu! (Kemudian mulai jadi topik bahan lawakan)
Kondisi jalan yang mulai gelap dan sedikit curam membuat perjalanan kaki yang ditempuh sekitar 1 jam sedikit lebih menantang kami, dan apa yang ada dipikiran kami adalah apakah benar puncak bukit tersebut memang indah seperti yang terlihat pada foto-foto yang beredar sehingga benar-benar patut untuk mengorbankan seluruh tenaga untuk mencapai lokasi tersebut.
Kira-kira pukul 19.00 WITA perjalanan cukup melelahkan selama +- 1 jam akhirnya kami berada di puncak Bukit Batas tersebut. Nafas yang tadinya tersengkal-sengkal perlahan menjadi nafas kekaguman, suasana malam di atas bukit yang dikelilingi hamparan perbukitan yang malam itu dihiasi sinar bulan yang sangat terang belum lagi dipermanis dengan dengan lampu lampu kecil rumah warga disekitar waduk membuat rasa lelah saya terbayarkan.. Saat itu saya ingin mengabadikan semua yang saya liat tapi dengan keterbatasan kualitas gambar pada kamera akhirnya saya mengurungkan niat tersebut, biar saya simpan sendiri pemandangan romantis malam itu.... iya, sendiri.
Setelah beberapa menit mengambil nafas kami pun langsung mendirikan tenda dan menyalakan api unggun… Tenda siap! Api unggun siap! Lalu kami menggelar matras yang memang kami bawa untuk digunakan sebagai wadah bercengkrama semalam suntuk di sekitar perapian di depan tenda. Segelas pop mie hangat ditemani kopi panas dan petikan gitar dan sorot cahaya bulan… aaah, indah sekali... coba bayangkan ;)
|
Membangun Istana Semalam Kami
|
|
Life Admirers |
Oh iya ternyata di puncak bukit tersebut ada warung kecil yang menyediakan berbagai makanan serta minuman seperti air mineral, kopi dan teh yang buka hampir 24 jam, dan memiliki genset yang tidak pernah mati! LUAR BIASA.
|
Sunrise di Puncak Bukit Batas
|
Keesokan pagi nya kami langsung bergegas membersihkan dan merapikan tenda dan waktunya FOTO FOTO!! Pemandangan eksotis hamparan perbukitan pada malam hari ternyata meningkat beberapa kali lipat saat matahari mulai terbit. Pulau-pulau kecil di sekitar bukit mulai terlihat dan banyak sekali pulau dengan bukit-bukit yang lebih tinggi lainnya disekitar lokasi kami, saatnya berterima kasih untuk Tuhan yang dengan Maha Kuasa-Nya menciptakan tempat seeksotis itu. SUNGGUH, ANDA HARUS LIAT SENDIRI.
|
LOVE THE VIEW
|
|
Pemandangan di Sekeliling Bukit Batas
|
Hamparan Perbukitan Mengelilingi Kami
|
|
|
Berfoto di depan hutan pinus sambil menunggu jemputan kelotok |
|
Menyusuri Jembatan dan Perkampungan Warga |
|
Narsis dulu hehe |
Semoga bisa bermanfaat untuk teman-teman sekalian! Ingat jangan suka buang sampah apapun dengan sembarangan dimanapun kamu berada.. Ayok, jadi traveler yang bertanggung jawab!
I love being stalked :
Instagram :
https://instagram.com/harryzent/